Saturday, March 19, 2011

Jalur Kereta Api

  Sekelompok anak kecil sedang bermain di dekat dua jalur kereta api.
Jalur yg pertama adalah jalur aktif (masih sering dilewati KA), sementara jalur kedua sudah tidak aktif. Hanya seorang anak yg bermain di jalur yg tidak aktif (tidak pernah lagi dilewati KA), sementara lainnya bermain di jalur KA yg masih aktif.

Tiba-tiba terlihat ada kereta api yg mendekat dgn kecepatan tinggi, dan kebetulan Anda berada di depan panel persimpangan yg mengatur arah KA tsb.
Apakah Anda akan memindahkan arah KA tsb ke jalur sdh tidak aktif dan menyelamatkan sebagian besar anak kecil yg sedang bermain ? Namun hal ini berarti Anda mengorbankan seorang anak yang sedang bermain di jalur KA yg tidak aktif. Atau Anda akan membiarkan kereta tsb berada di jalur yg seharusnya?

Mari berhenti sejenak dan berpikir keputusan apa yang sebaiknya kita ambil ? Pikirkan baik-baik jawaban anda...., dan setelah anda yakin dengan jawaban anda, baru anda teruskan membaca ke bawah.

..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..


Sebagian besar orang akan memilih untuk memindahkan arah kereta dan hanya mengorbankan jiwa seorang anak. Anda mungkin memiliki pilihan yg sama karena dgn menyelamatkan sebagian besar anak dan hanya kehilangan seorang anak adalah sebuah keputusan yg rasional dan dpt disyahkan baik secara moral maupun emosional. Namun sadarkah Anda bhw anak yg memilih untuk bermain di jalur KA yg sudah tidak aktif, berada di pihak yg benar karena telah memilih untuk bermain di tempat yg aman? Di samping itu, dia harus dikorbankan justru krn kecerobohan teman2nya yang bermain di tempat berbahaya.

Dilema semacam ini terjadi di sekitar kita setiap hari. Di kantor, di masyarakat, di dunia politik dan terutama dalam kehidupan demokrasi, pihak minoritas harus dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak mayoritas tersebut.

Nyawa seorang anak yang memilih untuk tidak bermain bersama teman-temannya di jalur KA yang berbahaya telah dikesampingkan.Dan bahkan mungkin kita tidak akan menyesalkan kejadian tersebut.

Seorang teman yg men-forward cerita ini berpendapat bahwa dia tidak akan mengubah arah laju kereta karena dia percaya anak-anak yang bermain di jalur KA yang masih aktif sangat sadar bahwa jalur tersebut masih aktif.
Akibatnya mereka akan segera lari ketika mendengar suara kereta mendekat.
Jika arah laju kereta diubah ke jalur yg tidak aktif maka seorang anak yg sedang bermain di jalur tsb pasti akan tewas, krn dia tidak pernah berpikir bhw kereta akan menuju jalur tsb. Disamping itu, alasan sebuah jalur KA dinonaktifkan kemungkinan karena jalur tersebut sudah tidak aman.
Bila arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif, maka kita telah membahayakan nyawa seluruh penumpang di dalam kereta. Dan mungkin langkah yang telah ditempuh untuk menyelamatkan sekumpulan anak dengan mengorbankan seorang anak, akan mengorbankan lagi ratusan nyawa penumpang di kereta tersebut.

Kita harus sadar bahwa hidup ini penuh dengan keputusan sulit yg hrs dibuat. Dan mungkin kita tdk akan menyadari bhw sebuah keputusan yang cepat tdk selalu menjadi keputusan yg benar. Satu lagi yang perlu diingat.... dalam masyarakat kita sekarang ini : sesuatu yang benar tidak selalu disukai dan sesuatu yang disukai tidak selalu benar......





Kisah Kebohongan IBU

Dalam kehidupan Kita sehari-Hari, Kita percaya bahwa kebohongan akan
 Membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
 Ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
 Sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka Mata Kita Dan
 Terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong
 Mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
 
 Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
 Anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan
 Saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
 Nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
 "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
 
 Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan
 Waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu
 Berharap dari ikan hasil pancingan, IA bisa memberikan sedikit makanan
 Bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan
 Yang segar Dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu,
 Ibu duduk disamping ku dan memakan sisa daging ikan yang masih
 Menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku
 Makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu
 Menggunakan sumpitku Dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan
 Cepat menolaknya, IA berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan
 Ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
 
 Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang Dan
 Kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api
 Untuk ditempel, Dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang
 Untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun
 Dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil Dan
 Dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku
 Berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus
 Kerja." Ibu tersenyum Dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak
 Capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
 
 Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku
 Pergi ujian. Ketika Hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari,
 Ibu yang tegar Dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
 Beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
 Selesai. Ibu dengan segera menyambutku Dan menuangkan teh yang sudah
 Disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental
 Tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental.
 Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk
 Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak
 Haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
 
 Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang
malang harus merangkap
 Sebagai ayah Dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
 Dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga Kita
 Pun semakin susah Dan susah. Tiada Hari tanpa penderitaan. Melihat
 Kondisi keluarga yang semakin parah,
Ada seorang paman yang baik hati
 Yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
 Maupun masalah kecil. Tetangga yang Ada di sebelah rumah melihat
 Kehidupan Kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
 Menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
 Nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
 ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
 
 Setelah aku, kakakku Dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah Dan
 Bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
 Mau, IA rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
 Sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku Dan abangku yang
 Bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
 Memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
 Tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya
 Punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
 
 Setelah Lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 Dan kemudian
 Memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika
 Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja
 Di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud
 Membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik
 Hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, IA berkata kepadaku "Aku
 Tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
 
 Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker
 Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di
 Seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk
 Ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya
 Setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku
 Dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya
 Terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas
 Betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat
 Lemah Dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air
 Mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti
 Ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "angan menangis anakku,Aku
 Tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
 
 Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
 Menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
 
 Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
 Tersentuh Dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "
 Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
 ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
 untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita
 yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk
 meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah
 dan ibu yang ada di rumah.
 Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan
 pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas
 apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di   
 samping kita.
 Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
 Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita
 sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita
 renungkan kembali lagi..
 Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu
 kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di
 kemudian hari.





Ombak Besar Dan Ombak Kecil

 Dari buku: 15 Wisdom SUccess, Andire Wongso

 Alkisah, di tengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar sedang
 bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria
 menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan
 dirinya  yang besar dan gagah perkasa.
 Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak
 kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak
 berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bias
 menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya
 selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah dan tak
 berdaya?

 Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil
 tertaih-tatih ombak kecil berteriak: "Hai ombak besar. Tunggu.!"

 Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang
 ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati
 arah datangnya suara. "Ada apa sahabat?" Jawab ombak besar dengan suara
 menggelegar hebat.

"Aih.pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bias begitu besar? Begitu
 kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku. ah. begitu kecil, lemah dan
 tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu berbeda, wahai ombak
 besar?"

Ombak besar pun menjawab, "Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri kecil
dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan luar
biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti
jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu snediri". "Jati diri? Hakikat
diri?
Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini apa?" Tanya ombak kecil,
"Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak mengerti."

Ombak besar meneruskan, "Memang di antara kita terasa berbeda tetapi
sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun
juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita yang
sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu
menyad
ari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi,
kamu adalah air, setiap waktu kamu bias menikmati menjadi ombak besar
seperti aku, kuat gagah dan perkasa."

Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran
dalam diri ombak kecil. "Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku
adalah
air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita."

Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyad
ari dan menemukan potensi
dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil
menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan
perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya,
mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih
besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain
lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan
kesadaran.
Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi
sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah pernak-pernik atau
tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita memvonis keadaan itu
sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos: aku tidak beruntung,
nasibku jelek, aku orang gagal, dan lebih parah lagi menganggap kondisi
tersebut sebagai bentuk "ketidakadilan" Tuhan.

Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada
alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain.
Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan monopoli
orang-orang tertentu, jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa
sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di
dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh
gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap
tantangan dengan mental yang optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi
terbaik
demi menapaki puncak tangga kesuksesan.

"Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa
kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa
sukses, kita pun bisa sukses!"