Saturday, March 19, 2011

Kisah Kebohongan IBU

Dalam kehidupan Kita sehari-Hari, Kita percaya bahwa kebohongan akan
 Membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
 Ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
 Sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka Mata Kita Dan
 Terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong
 Mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
 
 Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
 Anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan
 Saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
 Nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
 "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
 
 Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan
 Waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu
 Berharap dari ikan hasil pancingan, IA bisa memberikan sedikit makanan
 Bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan
 Yang segar Dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu,
 Ibu duduk disamping ku dan memakan sisa daging ikan yang masih
 Menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku
 Makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu
 Menggunakan sumpitku Dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan
 Cepat menolaknya, IA berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan
 Ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
 
 Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang Dan
 Kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api
 Untuk ditempel, Dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang
 Untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun
 Dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil Dan
 Dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku
 Berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus
 Kerja." Ibu tersenyum Dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak
 Capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
 
 Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku
 Pergi ujian. Ketika Hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari,
 Ibu yang tegar Dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
 Beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
 Selesai. Ibu dengan segera menyambutku Dan menuangkan teh yang sudah
 Disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental
 Tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental.
 Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk
 Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak
 Haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
 
 Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang
malang harus merangkap
 Sebagai ayah Dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
 Dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga Kita
 Pun semakin susah Dan susah. Tiada Hari tanpa penderitaan. Melihat
 Kondisi keluarga yang semakin parah,
Ada seorang paman yang baik hati
 Yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
 Maupun masalah kecil. Tetangga yang Ada di sebelah rumah melihat
 Kehidupan Kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
 Menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
 Nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
 ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
 
 Setelah aku, kakakku Dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah Dan
 Bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
 Mau, IA rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
 Sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku Dan abangku yang
 Bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
 Memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
 Tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya
 Punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
 
 Setelah Lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 Dan kemudian
 Memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika
 Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja
 Di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud
 Membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik
 Hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, IA berkata kepadaku "Aku
 Tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
 
 Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker
 Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di
 Seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk
 Ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya
 Setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku
 Dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya
 Terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas
 Betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat
 Lemah Dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air
 Mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti
 Ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "angan menangis anakku,Aku
 Tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
 
 Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
 Menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
 
 Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
 Tersentuh Dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "
 Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
 ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
 untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita
 yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk
 meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah
 dan ibu yang ada di rumah.
 Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan
 pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas
 apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di   
 samping kita.
 Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
 Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita
 sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita
 renungkan kembali lagi..
 Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu
 kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di
 kemudian hari.





No comments:

Post a Comment