Showing posts with label kisah motivasi. Show all posts
Showing posts with label kisah motivasi. Show all posts
Monday, August 8, 2011
Kisah Alkemi
Diadaptasi dari: Hazrat Inayat Khan
Pernahkah anda mendengar istilah Alkemi? Alkemi dikenal sebagai sebuah ilmu yang mampu mengubah
besi menjadi emas. Dalam banyak kisah, beberapa orang menganggapnya sebagai sebuah sihir belaka,
tetapi yang lain percaya bahwa ilmu itu benar-benar ada. Dan, siapa yang tak tergiur untuk bisa menguasai
ilmu alkemi? Hanya dengan kemampuan alkemi, ia bisa mengubah besi menjadi emas dan tentu menjadi
kaya-raya.
Alkisah, di sebuah negara di Timur ada seorang Raja yang hendak mencari orang yang benar-benar
mengerti tentang alkemi. Sudah banyak orang datang pada Raja, tetapi ketika diuji, mereka ternyata tidak
mampu mengubah besi menjadi emas.
Suatu ketika seorang menteri berkata pada Raja bahwa di sebuah desa terdapat seseorang yang hidup
sederhana dan bersahaja. Orang-orang di sana mengatakan bahwa ia menguasai ilmu alkemi. Segera saja
Raja mengirimkan utusan untuk memanggil orang itu. Sesampainya di istana, Raja mengutarakan
maksudnya ingin mempelajari ilmu alkemi. Raja akan memberikan apa yang diminta oleh orang itu. Tetapi
apa jawab orang desa itu, “Tidak. Saya tidak mengetahui sedikit pun ilmu yang Baginda maksudkan.”
Raja berkata, “Setiap orang memberitahu aku bahwa engkau mengetahui ilmu itu.”
“Tidak, Baginda,” jawabnya bersikeras. “Baginda mendapatkan orang yang keliru.”
Raja mulai murka dan mengancam. “Dengarkan baik-baik!” kata Raja. “Bila kau tak mau mengajariku ilmu
itu, aku akan memenjarakanmu seumur hidup.”
“Apa pun yang Baginda hendak lakukan, lakukanlah. Baginda mendapatkan orang yang keliru”
“Baiklah. Aku memberimu waktu enam minggu untuk memikirkannya. Dan, selama itu kau akan dipenjara.
Jika pada akhir minggu ke enam kau masih berkeras hati, aku akan memenggal kepalamu.”
Akhirnya orang itu dimasukkan ke dalam penjara. Setiap pagi Raja datang ke penjara dan bertanya, “Apakah
kau telah berubah pikiran? Maukah kau mengajariku alkemi? Kematianmu sudah dekat, berhati-hatilah.
Ajari aku pengetahuan itu.”
Orang itu selalu menjawab, “Tidak Baginda. Carilah orang lain. Carilah orang lain yang memiliki apa yang
Baginda inginkan, saya bukanlah orang yang Baginda cari.”
Setiap malam ada seorang pelayan yang melayani orang itu dalam penjara.
Pelayan itu berkata bahwa Raja mengirimnya untuk melayani orang itu sebaik-baiknya. Pelayan itu
menyapu lantai serta membersihkan ruangan penjara itu. Pelayan itu juga selalu mengantarkan makanan
dan minuman untuk orang itu, memberikan simpati kepadanya, melakukan apa saja yang diminta oleh
orang itu, dan bekerja apa saja selayaknya seorang pelayan. Pelayan itu selalu menanyakan, “Apakah anda
sakit? Apakah ada sesuatu yang dapat saya lakukan untuk anda? Apakah anda lelah? Bolehkah saya
membersihkan tempat tidur anda? Maukah anda bila saya mengipasi anda hingga anda tertidur, udara di
sini panas sekali.” Dan, segala sesuatu yang bisa pelayan itu lakukan, maka ia lakukan saat itu juga.
Hari terus belalu. Dan, kini tinggal satu hari lagi sebelum kepala orang itu dipenggal. Pagi hari Raja
mengunjungi dan berkata, “Waktumu tinggal sehari.
Ini kesempatan bagimu untuk menyelamatkan nyawamu sendiri.”
Tetapi orang itu tetap saja berkata, “Tidak Baginda. Yang Baginda cari bukanlah hamba.”
Pada malam hari, sebagaimana biasa pelayan itu datang. Orang itu memanggil pelayan itu untuk duduk
dekat dirinya kemudian diletakkan tangannya di bahu pelayan itu dan berkata, “Wahai orang yang malang.
Wahai pelayan yang malang. Engkau telah berlaku sunguh baik terhadap diriku. Kini aku akan membisikkan
di telingamu sebuah kata tentang alkemi. Sebuah kata yang akan membuatmu mampu mengubah besi
menjadi emas.
Pelayan itu berkata, “Aku tak tahu apa yang kau maksudkan dengan alkemi.
Saya hanya ingin melayani anda. Saya sungguh sedih bahwa besok anda akan dihukum mati. Itu sungguh
mengoyak hatiku. Saya harap saya bisa memberikan jiwa saya untuk menyelamatkan anda. Seandainya
saya bisa, sungguh saya sangat bersyukur.”
Sang alkemi menjawab, “Lebih baik aku mati daripada memberikan ilmu alkemi ini kepada orang yang tidak
layak menerimanya. Ilmu yang baru saja aku berikan kepadamu dalam simpati, dalam penghargaan, dan
dalam cinta, tak akan kuberikan kepada Raja yang akan mengambil nyawaku besok. Mengapa demikian?
Karena engkau pantas menerimanya, sedangkan Raja itu tidak.”
Esok harinya, Raja memanggil sang alkemi dan memberikan peringatan terakhir.
“Ini adalah kesempatan terakhirmu. Kau harus mengajariku ilmu alkemi, bila tidak lehermu harus
dipenggal.”
Sang alkemi menjawab, “Tidak Baginda, anda mendapatkan orang yang keliru.”
Raja pun, “Baiklah. Aku putuskan kau untuk bebas, karena kau telah memberikan alkemi itu padaku.”
Sang alkemi keheranan, “Kepadamu? Saya tidak memberikannya pada Baginda Raja. Saya telah
memberikannya pada seorang pelayan.”
“Tahukah kau, bahwa orang yang melayanimu setiap malam adalah aku,” jawab sang Raja.
Renungan Editor: Banyak orang menginginkan emas dalam hidupnya dengan mempelajari alkemi. Tetapi
saat ia mencapai tujuannya, bukan emas yang ia temukan, justru ia sendiri menjadi emas itu.
Baca Cerita Lainya...
Thursday, August 4, 2011
Filosofi Pohon Bambu
Diceritakan di suatu desa yang begitu sejuk dinaungi pepohonan rindang, telah tumbuh sebatang pohon mahoni yang begitu besar, menjulang tinggi seolah-olah ingin memberitahukan dunia betapa kuatnya dia. Tampak dia begitu memancarkan pesona wibawa bagi siapapun yang melihatnya.
Ternyata tak jauh dari tempat pohon mahoni itu berada, tumbuhlah serumpun kecil bambu. Jika dilihat kasat mata, sungguh suatu pemandangan yang begitu kontras, bagaikan langit dan bumi. Pohon mahoni yang begitu gagah dengan ranting-ranting besar, dan bambu yang begitu ramping, dengan dahan yang melengkung ke bawah. seakan begitu ringkih.
Walaupun berbeda, mereka selalu hidup berdampingan. Sang bambu yang rendah hati selalu menyapa pohon mahoni setiap hari, hampir setiap waktu mereka berbincang dan berbincang.
Namun pohon mahoni selalu menyombongkan diri, betapa besar dan hebatnya dia,dan betapa perkasa dan kuatnya dia. namun sang bambu tidak pernah jenuh mendengarkan kesombongan si pohon mahoni sambil tersenyum. dan tetap setia. Dia selalu mengomentari segala ucapan mahoni dengan pujian, dengan tulus hati. dan tanpa merasa paksaan
Suatu malam, hujan deras menguyur desa tersebut disertai angin yang berhembus kencang. Suara gemuruh guntur turut menambah suasana semakin mencekam. Banyak pohon bertumbangan karena tidak kuat menghadapi hembusan angin kencang. Si pohon mahoni dan bambu pun turut terkena terpaan angin kencang, mereka mencoba bertahan dan berusaha untuk tidak tumbang.
Sang pohon mahoni yang panik, berusaha menahan angin kencang tersebut dengan badan nya yang besar. Namun badannya tidak cukup besar untuk menahan laju angin yang begitu kencang, dan akhirnya tumbanglah pohon mahoni tersebut.
Sang bambu yang berada disampingnya, tak terelakkan juga harus menghadapi tiupan angin kencang. Berbeda dengan mahoni yang mencoba menahan deruan angin kencang dengan dahannya yang kokoh, bambu hanya mengikuti kemana pun arah tiupan anginnya. Dengan fleksibelnya dia bergemulai dengan hembusan angin.
Angin kencang pun berlalu, sang bambu tetap berdiri di atas tanah, di samping pohon mahoni yang tumbang akibat terpaan angin kencang.
Dalam pencapaian sukses, manusia selalu dihadapi oleh realitas masalah yang selalu datang silih berganti. Untuk mencapai sukses, kita harus mampu menghadapinya dengan cara yang paling fleksibel. Kita harus mengetahui sumber permasalahan dan mencari jalan keluar terbaik.
Seperti sebatang bambu yang mengikuti terpaan angin, kita juga harus menyikapi masalah secara fleksibel, terbuka, tidak terpaku pada satu macam penyelesaian. Karena bila kita bersikap kaku, menggangap diri kita paling hebat dan kuat, tidak peduli dengan orang lain, niscaya kita akan tumbang seperti pohon mahoni yang besar.
Wednesday, August 3, 2011
Berani Bermimpi
Sasha, anak saya yang pertama, punya sebuah “buku impian” yang ditulis diam2 di kamarnya. Kemarin,
saya memperoleh privilege untuk membaca buku impian nya. Dan saya cukup kaget dengan apa yang
ditulis anak saya. Isinya dahsyat. Mulai dari nama SMP favorit (dengan tulisan besar2 dibawahnya:
Diterima!), nilai yang ingin dicapai lulus SD nanti, dengan siapa dia ingin menikah (ya, padahal dia baru 11
tahun), keinginan punya pesawat terbang sendiri, rumah di Hollywood dan Itali, bahkan dicantumkan juga
punya uang sebesar $ 96 trilyun. Ya, dia menulis dalam dollar dan nol dua belas. Bapak nya saja tidak berani
bermimpi se-dahsyat itu. Hampir saja saya nyletuk: “Emang kamu siapa? Paris Hilton?”
Saya jadi teringat cerita ikon internet marketing Indonesia, Anne Ahira, sewaktu mengikuti seminar internet
marketingnya beberapa waktu lalu. Ahira kecil juga adalah pengkhayal yang hebat. Saking ingin nya keliling
dunia, ia pernah menempelkan foto diri nya di kalender yang berisi gambar2 kota dunia. Jadi waktu kecil
Ahira sudah punya “foto” dirinya didepan obyek wisata dunia, seperti misalnya di depan Golden Gate,
Menara Eiffel, dsb. Gambar-gambar tadi di fotocopy dan ditempel di dinding. Ahira kecil ngotot, sekalipun
Ibu nya mencoba meyakinkan bahwa keliling dunia hanyalah mimpi bagi anak seorang buruh pabrik dan
penjual gado-gado.
Dan belakangan, Ahira dan Ibu nya menangis terharu setelah melihat foto Ahira yang dimuat di Kompas
yang menggambarkan dia sedang di depan Golden Gate. Pose nya sama persis dengan foto khayalan Ahira
sewaktu kecil. Luar biasa. Thoughts become Things.
Pikiran anak-anak memang sangat jernih. Saya yakin sewaktu kecil kita semua berani bermimpi dengan
segala kepolosan kita. Tanpa ada ketakutan-ketakutan apakah mimpi kita akan menjadi nyata atau tidak.
Barangkali konsep-konsep seperti: berpikir positif, law of attractions, dsb. sebenarnya sudah diinstall oleh
Tuhan di otak kita semua sejak kita lahir. Hanya lambat laun pikiran jernih tadi hilang. Hingga saat kita
dewasa, seringkali sangat sulit untuk diinstall ulang.
Anak-anak berpikir dengan cara yang berbeda dengan kita. Ada sebuah cerita, seorang konsultan yang
sedang membantu memecahkan masalah disebuah perusahaan yang sudah listed di bursa suatu ketika ikut
menghadiri manajemen meeting untuk memecahkan suatu masalah. Sang konsultan membuat sebuah titik
di papan tulis. Dan bertanya:”gambar apa ini?”. Seluruh anggota manajemen kompak dengan
jawaban:”sebuah titik hitam di papan tulis putih”. Sang konsultan tiga kali mengulang pertanyaan yang
sama, dan mendapat jawaban yang sama. Sang konsultan pun geleng-geleng kepala.”Kemarin saya
menanyakan pertanyaan yang sama disebuat TK, dan mendapat 50 jawaban yg berbeda…” Ya, bagi anakanak,
titik hitam tadi dapat menjadi mata seekor burung, bola semut, lalat nemplok, dsb. Kreatifitas para
pemimpin puncak perusahaan tadi kalah jauh dengan anak TK. Padahal kreatifitas sangat diperlukan dalam
memecahkan masalah.
Tidak heran jika Picasso sampai pernah berkata: “Every child is an artist. The challenge is to remain an artist
after you grow up”. Ya, pelan-pelan kita berubah menjadi orang dewasa dengan meniadakan kehebatan
cara berpikir anak-anak yang super kreatif itu.
Menurut pengamatan saya, anak-anak ternyata selalu menerapkan 3B yang seringkali sudah kita lupakan:
Berimajinasi
Anak-anak adalah gudang nya imajinasi. Hari ini mereka bisa menjadi guru, besok menjadi perawat, besok
lagi menjadi pembalap, dsb. Hari ini bisa perang-perangan di tengah hutan, besok bisa di dalam pesawat
angkasa. Imajinasi ternyata sangat penting dalam dunia pemasaran. Saya teringat cerita salah seorang
teman saya yang pekerjaannya seorang marketer. Sebelum merumuskan strategi marketing. Bahkan jauh
pada saat produk baru sedang di rumuskan, tim mereka berimajinasi. Misalnya dengan
membayangkan bahwa produk tadi adalah sesosok manusia. Berapa umurnya, apa hobby nya, pekerjaanya,
kemana kalau “hang-out”, minumnya apa, makanya apa, dst. Ini yang kemudian menjadi bahan untuk
mengembangkan materi-materi iklan. Karena sudah memiliki imajinasi tentang “karakter” produk tadi,
maka penyusunan program marketing menjadi lebih mudah.
Buat anak-anak, tidak ada yang tidak mungkin. Imajinasi mereka spontan dan tidak terlalu memikirkan “the
how” nya. Karena bagi anak-anak semuanya mungkin terjadi. Justru orang dewasa yang sering
“menyabotase” pikiran jernih mereka dengan kata2: “ah, mana mungkin”.Bayangkan kalau cara
berimajinasi anak-anak ini kita terapkan dalam menetapkan visi kita kedepan. Kita tidak akan diganggu
dengan pikiran-pikiran negatif “ah mana mungkin” tadi.
Bermain
Bagi anak-anak semuanya hanyalah permainan. Dengan demikian tidak ada “masalah” bagi anak-anak.
Semua hal bisa dilihat dari sisi yang menyenangkan. Lihat saja, sewaktu bencana banjir di Jakarta yang baru
lalu, anak-anak yang justru ceria bermain di tengah banjir. Anak-anak lebih pandai melihat sisi
menyenangkan dari setiap “persoalan”. Coba kalau ini kita terapkan dalam keseharian. Betapa “persoalan”
akan lebih mudah kita hadapi. Semua menjadi permainan yang menyenangkan.
Saya dulu punya teman yang hampir putus asa karena punya banyak hutang. Saya juga sudah bingung mau
ngomong apa. Ketika saya ucapkan kata-kata:” its just a game man …”, ternyata dia langsung bangkit
kembali. Dia mendapat inspirasi bahwa bisnis yg dia jalani toh hanyalah permainan. Bahwa skor nya saat ini
minus, hanyalah skor, dan mulai sekarang dia bisa bermain lebih bagus untuk mendapay skor yang lebih
besar. Its just a game. And its fun!
Belajar
Siapa bilang anak-anak malas belajar. Justru mereka belajar setiap waktu. Saya pernah baca berita suatu
penelitian di MIT yang menyimpulkan bahwa cara belajar anak2 itu seperti para scientist. Mereka sangat
tertarik hubungan kausalitas. Bagaimana kalau saya melakukan ini, apa reaksi nya. Ini adalah dasar
eksperimen. Dan banyak eksperimen yang mereka lakukan. Bagaimana kalau mobil-mobilan ini ban nya
dicopot? Bagaimana kalau rambut boneka Barbie ini dipotong, dsb. Rasa ingin tahu yang besar ini,
sebenarnya bisa menjadi pendorong kesuksesan yang luar biasa jika kita pertahankan hingga dewasa.
Anak-anak belajar secara alamiah untuk menjadi lebih baik. Seorang bayi yang belajar berjalan, setiap kali
jatuh akan bangkit kembali. Berapa kali seorang anak terjatuh dari sepeda? Apakah dia akan berhenti dan
meratap. Tidak, dia akan tertawa, bangkit lagi, dan bersepeda lebih baik. Ini adalah proses belajar yang luar
biasa. Berani mencoba, berani jatuh dan berani mengevaluasi diri, ini yang sayangnya sering hilang pada
saat kita menjadi manusia dewasa.
Jadi, kalau Anda sekarang adalah anak-anak, Anda mau menjadi siapa? Menjadi Spiderman? Batman?
Donald Trump? Atau mau jadi Paris Hilton? Selamat berimajinasi.
Sumber : Fauzi Rachmanto
Saturday, March 19, 2011
Jalur Kereta Api
Sekelompok anak kecil sedang bermain di dekat dua jalur kereta api.
Jalur yg pertama adalah jalur aktif (masih sering dilewati KA), sementara jalur kedua sudah tidak aktif. Hanya seorang anak yg bermain di jalur yg tidak aktif (tidak pernah lagi dilewati KA), sementara lainnya bermain di jalur KA yg masih aktif.
Tiba-tiba terlihat ada kereta api yg mendekat dgn kecepatan tinggi, dan kebetulan Anda berada di depan panel persimpangan yg mengatur arah KA tsb.
Apakah Anda akan memindahkan arah KA tsb ke jalur sdh tid ak aktif dan menyelamatkan sebagian besar anak kecil yg sedang bermain ? Namun hal ini berarti Anda mengorbankan seorang anak yang sedang bermain di jalur KA yg tidak aktif. Atau Anda akan membiarkan kereta tsb berada di jalur yg seharusnya?
Mari berhenti sejenak dan berpikir keputusan apa yang sebaiknya kita ambil ? Pikirkan baik-baik jawaban anda...., dan setelah anda yakin dengan jawaban anda, baru anda teruskan membaca ke bawah.
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
Sebagian besar orang akan memilih untuk memindahkan arah kereta dan hanya mengorbankan jiwa seorang anak. Anda mungkin memiliki pilihan yg sama karena dgn menyelamatkan sebagian besar anak dan hanya kehilangan seorang anak adalah sebuah keputusan yg rasional dan dpt disyahkan baik secara moral maupun emosional. Namun sadarkah Anda bhw anak yg memilih untuk bermain di jalur KA yg sudah tidak aktif, berada di pihak yg benar karena telah memilih untuk bermain di tempat yg aman? Di samping itu, dia harus dikorbankan justru krn kecerobohan teman2nya yang bermain di tempat berbahaya.
Dilema semacam ini terjadi di sekitar kita setiap hari. Di kantor, di masyarakat, di dunia politik dan terutama dalam kehid upan demokrasi, pihak minoritas harus dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak mayoritas tersebut.
Nyawa seorang anak yang memilih untuk tid ak bermain bersama teman-temannya di jalur KA yang berbahaya telah dikesampingkan.Dan bahkan mungkin kita tid ak akan menyesalkan kejadian tersebut.
Seorang teman yg men-forward cerita ini berpendapat bahwa dia tid ak akan mengubah arah laju kereta karena dia percaya anak-anak yang bermain di jalur KA yang masih aktif sangat sadar bahwa jalur tersebut masih aktif.
Akibatnya mereka akan segera lari ketika mendengar suara kereta mendekat.
Jika arah laju kereta diubah ke jalur yg tid ak aktif maka seorang anak yg sedang bermain di jalur tsb pasti akan tewas, krn dia tid ak pernah berpikir bhw kereta akan menuju jalur tsb. Disamping itu, alasan sebuah jalur KA dinonaktifkan kemungkinan karena jalur tersebut sudah tidak aman.
Bila arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif, maka kita telah membahayakan nyawa seluruh penumpang di dalam kereta. Dan mungkin langkah yang telah ditempuh untuk menyelamatkan sekumpulan anak dengan mengorbankan seorang anak, akan mengorbankan lagi ratusan nyawa penumpang di kereta tersebut.
Kita harus sadar bahwa hidup ini penuh dengan keputusan sulit yg hrs dibuat. Dan mungkin kita tdk akan menyadari bhw sebuah keputusan yang cepat tdk selalu menjadi keputusan yg benar. Satu lagi yang perlu diingat.... dalam masyarakat kita sekarang ini : sesuatu yang benar tid ak selalu disukai dan sesuatu yang disukai tid ak selalu benar......
Kisah Kebohongan IBU
Dalam kehidupan Kita sehari-Hari, Kita percaya bahwa kebohongan akan
Membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
Ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
Sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka Mata Kita Dan
Terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong
Mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
Anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan
Saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
Nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
"Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan
Waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu
Berharap dari ikan hasil pancingan, IA bisa memberikan sedikit makanan
Bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan
Yang segar Dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu,
Ibu duduk disamping ku dan memakan sisa daging ikan yang masih
Menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku
Makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu
Menggunakan sumpitku Dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan
Cepat menolaknya, IA berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan
Ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang Dan
Kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api
Untuk ditempel, Dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang
Untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun
Dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil Dan
Dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku
Berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus
Kerja." Ibu tersenyum Dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak
Capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku
Pergi ujian. Ketika Hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari,
Ibu yang tegar Dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
Beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
Selesai. Ibu dengan segera menyambutku Dan menuangkan teh yang sudah
Disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental
Tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental.
Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk
Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak
Haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yangmalang harus merangkap
Sebagai ayah Dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
Dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga Kita
Pun semakin susah Dan susah. Tiada Hari tanpa penderitaan. Melihat
Kondisi keluarga yang semakin parah,Ada seorang paman yang baik hati
Yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
Maupun masalah kecil. Tetangga yang Ada di sebelah rumah melihat
Kehidupan Kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
Menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
Nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
----------KEBOHONGA N IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku Dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah Dan
Bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
Mau, IA rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
Sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku Dan abangku yang
Bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
Memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
Tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya
Punya duit" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KEENAM
Setelah Lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 Dan kemudian
Memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika
Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja
Di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud
Membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik
Hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, IA berkata kepadaku "Aku
Tidak terbiasa" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker
Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di
Seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk
Ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya
Setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku
Dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya
Terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas
Betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat
Lemah Dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air
Mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti
Ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "angan menangis anakku,Aku
Tidak kesakitan" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
Menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
Tersentuh Dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita
yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk
meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah
dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan
pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas
apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di
samping kita.
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita
sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita
renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu
kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di
kemudian hari.
Membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
Ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
Sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka Mata Kita Dan
Terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong
Mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
Anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan
Saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
Nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
"Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan
Waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu
Berharap dari ikan hasil pancingan, IA bisa memberikan sedikit makanan
Bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan
Yang segar Dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu,
Ibu duduk disamping ku dan memakan sisa daging ikan yang masih
Menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku
Makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu
Menggunakan sumpitku Dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan
Cepat menolaknya, IA berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan
Ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang Dan
Kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api
Untuk ditempel, Dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang
Untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun
Dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil Dan
Dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku
Berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus
Kerja." Ibu tersenyum Dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak
Capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku
Pergi ujian. Ketika Hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari,
Ibu yang tegar Dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
Beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
Selesai. Ibu dengan segera menyambutku Dan menuangkan teh yang sudah
Disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental
Tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental.
Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk
Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak
Haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang
Sebagai ayah Dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
Dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga Kita
Pun semakin susah Dan susah. Tiada Hari tanpa penderitaan. Melihat
Kondisi keluarga yang semakin parah,
Yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
Maupun masalah kecil. Tetangga yang Ada di sebelah rumah melihat
Kehidupan Kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
Menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
Nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
----------KEBOHONGA
Setelah aku, kakakku Dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah Dan
Bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
Mau, IA rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
Sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku Dan abangku yang
Bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
Memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
Tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya
Punya duit" ----------KEBOHONGA
Setelah Lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 Dan kemudian
Memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika
Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja
Di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud
Membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik
Hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, IA berkata kepadaku "Aku
Tidak terbiasa" ----------KEBOHONGA
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker
Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di
Seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk
Ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya
Setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku
Dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya
Terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas
Betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat
Lemah Dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air
Mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti
Ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "angan menangis anakku,Aku
Tidak kesakitan" ----------KEBOHONGA
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
Menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
Tersentuh Dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita
yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk
meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah
dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan
pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas
apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di
samping kita.
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita
sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita
renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu
kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di
kemudian hari.
Ombak Besar Dan Ombak Kecil
Dari buku: 15 Wisdom SUccess, Andire Wongso
Alkisah, di tengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar sedang
bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria
menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan
dirinya yang besar dan gagah perkasa.
Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak
kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak
berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bias
menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya
selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah dan tak
berdaya?
Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil
tertaih-tatih ombak kecil berteriak: "Hai ombak besar. Tunggu.!"
Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang
ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati
arah datangnya suara. "Ada apa sahabat?" Jawab ombak besar dengan suara
menggelegar hebat.
"Aih.pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bias begitu besar? Begitu
kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku. ah. begitu kecil, lemah dan
tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu berbeda, wahai ombak
besar?"
Ombak besar pun menjawab, "Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri kecil
dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan luar
biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti
jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu snediri". "Jati diri? Hakikat
diri?
Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini apa?" Tanya ombak kecil,
"Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak mengerti."
Ombak besar meneruskan, "Memang di antara kita terasa berbeda tetapi
sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun
juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita yang
sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu
menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi,
kamu adalah air, setiap waktu kamu bias menikmati menjadi ombak besar
seperti aku, kuat gagah dan perkasa."
Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran
dalam diri ombak kecil. "Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku
adalah
air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita."
Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan potensi
dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil
menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan
perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya,
mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih
besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain
lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan
kesadaran.
Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi
sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah pernak-pernik atau
tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita memvonis keadaan itu
sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos: aku tidak beruntung,
nasibku jelek, aku orang gagal, dan lebih parah lagi menganggap kondisi
tersebut sebagai bentuk "ketidakadilan" Tuhan.
Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada
alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain.
Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan monopoli
orang-orang tertentu, jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa
sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di
dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh
gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap
tantangan dengan mental yang optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi
terbaik
demi menapaki puncak tangga kesuksesan.
"Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa
kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa
sukses, kita pun bisa sukses!"
Alkisah, di tengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar sedang
bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria
menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan
dirinya yang besar dan gagah perkasa.
Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak
kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak
berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bias
menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya
selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah dan tak
berdaya?
Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil
tertaih-tatih ombak kecil berteriak: "Hai ombak besar. Tunggu.!"
Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang
ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati
arah datangnya suara. "Ada apa sahabat?" Jawab ombak besar dengan suara
menggelegar hebat.
"Aih.pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bias begitu besar? Begitu
kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku. ah. begitu kecil, lemah dan
tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu berbeda, wahai ombak
besar?"
Ombak besar pun menjawab, "Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri kecil
dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan luar
biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti
jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu snediri". "Jati diri? Hakikat
diri?
Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini apa?" Tanya ombak kecil,
"Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak mengerti."
Ombak besar meneruskan, "Memang di antara kita terasa berbeda tetapi
sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun
juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita yang
sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu
menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi,
kamu adalah air, setiap waktu kamu bias menikmati menjadi ombak besar
seperti aku, kuat gagah dan perkasa."
Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran
dalam diri ombak kecil. "Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku
adalah
air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita."
Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan potensi
dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil
menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan
perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya,
mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih
besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain
lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan
kesadaran.
Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi
sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah pernak-pernik atau
tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita memvonis keadaan itu
sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos: aku tidak beruntung,
nasibku jelek, aku orang gagal, dan lebih parah lagi menganggap kondisi
tersebut sebagai bentuk "ketidakadilan" Tuhan.
Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada
alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain.
Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan monopoli
orang-orang tertentu, jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa
sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di
dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh
gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap
tantangan dengan mental yang optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi
terbaik
demi menapaki puncak tangga kesuksesan.
"Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa
kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa
sukses, kita pun bisa sukses!"
Subscribe to:
Posts (Atom)